Cerita Rakyat – Situ Bagendit adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Di balik keindahannya yang menakjubkan, danau ini memiliki legenda yang terkenal di kalangan masyarakat setempat. Legenda Situ Bagendit merupakan kisah pemberontakan dan kemarahan seorang wanita yang telah menjadi bagian dari warisan budaya daerah tersebut.
Menurut cerita rakyat yang berkembang, Situ Bagendit awalnya adalah sebuah desa yang makmur. Namun, kedamaian desa itu terganggu ketika seorang penguasa bernama Prabu Geusan Ulun jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Dayang Sumbi. Prabu Geusan Ulun telah memiliki istri, tetapi ketika melihat kecantikan Dayang Sumbi, ia terpesona dan berusaha merebut hatinya.
Dayang Sumbi menolak cinta sang penguasa dengan tegas. Ia merasa tidak pantas menjadi selir atau istri kedua Prabu Geusan Ulun. Namun, penguasa itu tidak bisa menerima penolakan tersebut dan terus memaksa Dayang Sumbi untuk menjadi bagian dari hidupnya.
Dayang Sumbi yang putus asa akhirnya menemukan jalan untuk melarikan diri dari penghinaan Prabu Geusan Ulun. Dalam keputusasaannya, ia berpura-pura menyetujui permintaan sang penguasa dengan satu syarat: Prabu harus membangun sebuah bendungan dalam waktu semalam. Jika tidak mampu, Prabu harus meninggalkannya.
Legenda Situ Bagendit
Prabu Geusan Ulun yang sombong dan percaya diri, menganggap tugas tersebut mudah dan setuju. Dia menyuruh rakyatnya untuk membangun bendungan itu semalam, mengabaikan keraguan mereka. Namun, situasi berubah ketika malam tiba. Mereka menyadari bahwa tugas tersebut tak mungkin diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat.
Dayang Sumbi yang cerdas dan memiliki kemampuan magis, memanggil kekuatan gaib untuk membantu melaksanakan rencananya. Ia memanggil seorang iblis yang bernama Sangkuriang, dan meminta iblis itu untuk mengacaukan pekerjaan pembangunan bendungan tersebut.
Iblis Sangkuriang dengan senang hati menuruti permintaan Dayang Sumbi dan memutuskan untuk menggagalkan tugas tersebut. Ia memancing prajurit-prajurit penguasa agar bertengkar dan saling menghancurkan bendungan yang hampir selesai. Ketika fajar tiba, Prabu Geusan Ulun terkejut melihat situasi yang kacau dan bendungan yang belum selesai.
Ketika Prabu Geusan Ulun menyadari bahwa Dayang Sumbi telah menipunya, ia sangat marah. Ia mengejar Dayang Sumbi dan mencoba membunuhnya. Namun, dengan kekuatan magisnya, Dayang Sumbi berubah menjadi pohon beringin yang besar, dan meninggalkan Prabu dengan tangan hampa.
Sangkuriang yang mencoba mencari Dayang Sumbi tanpa hasil, memutuskan untuk menyerah dan kembali ke kampung halamannya. Dia tidak menyadari bahwa pohon beringin yang ia temui adalah Dayang Sumbi yang telah berubah wujud.
Hingga kini, pohon beringin tersebut masih berdiri di Situ Bagendit, menjadi simbol kekuatan dan kecerdasan wanita yang berhasil mengalahkan penguasa yang zalim. Legenda Situ Bagendit terus diceritakan dari generasi ke generasi, mengingatkan kita akan pentingnya menentang penindasan dan mempertahankan martabat diri.